Jakarta - PT Berau Coal turut hadir dalam rangkaian acara Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan dan Energi Baru Terbarukan (Festival LIKE 2) di Jakarta Convention Center (JCC). Di acara itu perusahaan juga membuka booth untuk menyampaikan berbagai informasi penting ke para pengunjung.
Corporate Communication Superintendent Berau Coal, Rudini Rahim, mengatakan perusahaan hadir di Festival LIKE 2 untuk menunjukkan dua inovasi yang sudah dilakukan di kawasan bekas tambang, yakni inovasi lingkungan dan inovasi sosial.
"Jadi salah satu yang kita tunjukkan adalah namanya 'Kembang Mapan', Kawasan Pengembangan Masa Depan. Ini adalah salah satu area reklamasi dan revegetasi perusahaan. Karena kami perusahaan tambang batu bara, nah ini kami menunjukkan bahwa kita dapat melakukan pemulihan bekas tambang," katanya saat ditemui detikcom di Festival LIKE 2, Jumat (9/8/2024).
Rudini menyampaikan upaya rekreasi dan revegetasi lahan bekas tambang dilakukan melalui pembangunan yang terintegrasi. Berkat itu, kawasan bekas tambang memiliki area konservasi, perkebunan, hingga peternakan.
Selain itu, ia menyebut sebagian wilayah bekas tambang ini juga sudah 'disulap' Berau Coal sebagai lapangan golf. Di luar itu ada juga upaya pengolahan air di kolam-kolam bekas tambang menjadi air yang bisa diminum.
"Untuk pengelolaan lahan pasca-tambang Kembang Mapan itu ada 709,9 hektare ya, dengan hampir setengahnya itu area konservasi. Jadi memang area hutannya itu kita kembalikan seperti dulu. Hampir setengahnya yaitu 355,89 hektar," terang Rudini.
"Nah yang lainnya ada perkebunan, ada peternakan, kemudian ada area golf ini juga sebagai area rekreasi yang juga melibatkan masyarakat dalam pemberdayaan tenaga kerjanya. Ini luas lapangan golf-nya kurang lebih 55,38 hektar, jadi tidak sebesar area konservasi ya," sambungnya.
Tidak hanya reklamasi di lahan darat, Berau Coal juga berhasil mengubah kawasan perairan bekas tambang menjadi area perikanan.Perusahaan juga mengembangkan program water treatment plant yang bisa membuat air di kolam-kolam bekas tambang menjadi air minum.
"Kemudian juga ada perikanan di kolam bekas tambang, jadi kita ingin menyampaikan bahwa di kolam bekas tambang itu sudah pulih. Kemudian ada water treatment plant, mengolah air di kolam bekas tambang jadi air minum," ucap Rudini.
Sedangkan untuk inovasi sosial, Berau Coal melakukan pemberdayaan perkebunan kakao atau banyak dikenal sebagai cokelat milik warga sekitar bekas tambang. Pemberdayaan ini dilakukan dari hulu (produksi kakao) hingga ke hilir (penjualan hasil perkebunan).
"Setelah inovasi lingkungan, kita juga menampilkan inovasi sosial yaitu pendampingan program perkebunan kakao untuk mendukung kemandirian masyarakat yang ada di Kabupaten Berau. Jadi kita melakukan pendampingan perkebunan atau pengembangan kakao ini dari hulu ke hilir," ucapnya.
Di sektor hulu, Rudini mengatakan Berau Coal membantu para petani kakao mulai dari pemilihan bibit unggulan, pelatihan, sampai sarana produksi pertanian. Dengan begitu kualitas dan kuantitas kakao hasil tanam para petani lokal ini dapat semakin meningkat.
Pada bagian hilir, perusahaan membantu akses para petani kakao lokal untuk menjual hasil produksi mereka. Salah satunya adalah dengan mengembangkan UMKM pembuat cokelat di Berau yang bisa membeli hasil pertanian tersebut.
Secara keseluruhan, Rudini mengatakan perusahaan mendampingi sekitar 296 petani kakao dengan total luas lahan mencapai 400 hektar. Berkat pemberdayaan ini hasil pertanian kakao di sekitar lingkar tambang Berau Coal sudah berada di angka 0,6 ton/tahun/hektar.
"Dengan pendampingan kualitasnya (kakao hasil petani Berau) meningkat, akses pasarnya juga sudah ada. Nah mereka mendapat harga (jual) yang lebih baik, sehingga juga ini mendukung kesejahteraan petani," terangnya.
"Jadi kita bantu itu dari hulu sampai dengan hilirnya gitu. Kita ingin membangun perkebunan kakao ini jadi sektor ekonomi masa depan untuk Kabupaten Berau pasca-tambang," sambung Rudini. (fdl/fdl)