Jakarta -
Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid (HNW) menyebutkan pentingnya kolaborasi partai dan organisasi masyarakat. Menurutnya, hal itu dapat menciptakan kebaikan bagi bangsa dan negara.
"Saya dekat dan kerap berkomunikasi dengan Pimpinan pusat Muhammadiyah. Saya diamanahkan sebagai Dosen Program S3 di UMJ. Sekarang saya juga diminta menjadi penasehat bagi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jakarta Selatan. Jadi, seperti burung yang selalu bersahabat dengan sejenisnya, manusia pun cenderung mencari teman dengan sesamanya," kata HNW dalam keterangan Selasa (10/9/2024).
Hal tersebut diungkapkan HNW saat menerima Majelis Ormas Islam, Muhammadiyah beserta ortomnya termasuk Pemuda Muhammadiyah, dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Jakarta, Senin (9/9/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada kesempatan itu IMM menyampaikan salah satu maksud dan tujuannya melakukan audiensi kepada HNW, adalah mengundang wakil ketua MPR untuk memberikan materi pengkaderan kepada anggota IMM. Rencananya, pengkaderan IMM cabang Jakarta Selatan itu akan diselenggarakan 10-13 Oktober 2024.
HNW dianggap cocok menyampaikan materi seputar pengkaderan, karena PKS merupakan partai kader. Diharapkan ada pengalaman yang diperoleh HNW selama mengurus PKS dan bisa ditularkan kepada anggota IMM.
Menjawab harapan tersebut, Hidayat Nur Wahid mengatakan sesungguhnya pola pengkaderan antara organisasi politik Islam dengan ormas keislaman tidaklah sama. Tetapi ada beberapa bagian yang saling berhimpitan dan memiliki kesamaan agama yaitu Islam, rujukan kitab sucinya sama yaitu Al-Qur'an, dan rasul serta nabinya juga sama yaitu Muhammad SAW. Serta memiliki perjuangan sama untuk umat dan Bangsa Indonesia di NKRI.
"Maka semestinya berbagai kesamaan itu membuat kita bisa saling bekerjasama. Misalnya saat pelaksanaan pemilu, ormas Islam bisa mendukung serta memilih para calon dari partai berbasis Islam. Sebaliknya, di luar masa pemilu Partai berideologi Islam mendukung serta memperjuangkan aspirasi ormas-ormas Islam. Sebab semakin banyak jumlah anggota DPR partai berideologi Islam akan semakin besar pula pengaruh dan dampak positif yang akan dirasakan dan didapatkan oleh ormas-ormas Islam," ungkapnya HNW.
Menurutnya, rasa saling membantu dan menguntungkan selalu mewarnai perjalanan PKS dengan ormas-ormas Islam di Indonesia. Pengalaman tersebut salah satunya terjadi pada 2012. Saat itu pemerintah akan memberlakukan kembali kepada seluruh ormas untuk hanya memakai asas Tunggal, yaitu Pancasila termasuk Muhammadiyah beserta ortomnya. Sehingga azaz Islam tidak diperbolehkan lagi untuk dipergunakan termasuk untuk Ormas Muhammadiyah dan ortom-ortomnya. Kebijakan itu nyaris diberlakukan, karena di lembaga legislatif hampir seluruh fraksi setuju kecuali PKS.
"Kalau mengikuti mekanisme voting PKS kalah, karena kami hanya sendirian. Tetapi alhamduliLlah mereka tidak memaksakan voting. Keputusan diambil dalam perdebatan & permusyawaratan. Kami sampaikan, di Indonesia eksekutif dan legislatif, itu keduanya diurusi parpol. Presiden dicalonkan partai, demikian pula anggota DPR yang mengajukan adalah parpol. Kalau yang penting-penting saja diurus oleh parpol dan tidak wajib berazaskan Pancasila, mengapa ormas malah tidak boleh memiliki cirinya ideologinya sendiri, seperti Islam yang pasti tidak bertentangan dengan Pancasila, mengapa malah harus diseragamkan dengan asas tunggal? Berkat argumentasi yang diterima oleh fraksi-fraksi yang lain itu, pemerintah urung menetapkan asas Tunggal bagi ormas, dan selamatlah Islam sebagai asas Ormas Muhammadiyah dan ortomnya sampai sekarang," tutur HNW.
Sejak itu menurut HNW semakin banyak produk legislatif, khususnya hasil perjuangan partai berideologi Islam yang bermanfaat bagi umat Islam pada umumnya, dan ormas Islam pada khususnya. Termasuk lahirnya UU Pondok Pesantren. Karena UU tentang Ponpes memberi kesempatan bagi santri untuk belajar ke jenjang manapun yang lebih tinggi, termasuk melanjutkan pendidikannya di universitas umum di berbagai jurusannya.
"Maka kolaborasi positif antara Orpol dan Ormas termasuk Ormas Kemahasiswaan bila dilakukan dengan saling menghormati dan memperjuangkan, dan tidak saling menegasikan dan menihilkan, maka ujung-ujungnya hanya demokrasi dan umat bangsa serta Negara yang diuntungkan," tutup Hidayat.
(prf/ega)