Jakarta -
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) telah berkoordinasi dengan KBRI Yangon terkait WNI berinisial SA (27) yang menjadi korban penyekapan dan penyiksaan di daerah Myawaddy, Myanmar. Kemlu mengatakan lokasi SA disekap merupakan wilayah konflik bersenjata.
"Kemlu segera berkoordinasi dengan KBRI Yangon, diduga kuat para WNI tersebut berada di Hpa Lu, wilayah terpencil di Myawaddy, Myanmar. Wilayah tersebut adalah lokasi konflik bersenjata dan saat ini dikuasai pihak pemberontak," tulisnya melalui keterangan resmi Kemlu, Minggu (8/9/2024).
"KBRI Yangon telah menindaklanjuti dengan melakukan koordinasi dan komunikasi dengan otoritas Myanmar, KBRI juga telah melakukan komunikasi informal ke jejaring yang berada di Myawaddy," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui sepanjang 2020 hingga Maret 2024, Kemlu telah menangani 3.703 WNI yang terlibat penipuan daring atau online scam. Adapun sepanjang 2024, terdapat 107 pengaduan dari Myanmar, di mana 44 WNI telah berhasil dipulangkan ke Indonesia.
Pihak Kemlu mengimbau para WNI berhati-hati atas tawaran kerja di luar negeri. Khususnya tawaran kerja yang tak dilengkapi visa kerja resmi dan tidak menandatangani kontrak sebelum berangkat.
Iming-iming Gaji Rp 150 Juta
Seorang warga Jakarta Selatan (Jaksel) berinisial SA (27) disekap di wilayah Myawaddy, Myanmar. Wilayah itu disebut sulit dijangkau karena dikuasai kelompok bersenjata.
"Otoritas Myanmar sendiri pun tidak dapat menjangkau," kata Diplomat Muda Direktorat Pelindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Rina Komaria, dilansir Antara, Senin (12/8/2024).
Kemlu telah menerima laporan aduan mengenai kasus tersebut dan kini sudah ditangani oleh KBRI Yangon, Myanmar. Saat ini Pemerintah Indonesia masih berkoordinasi dengan otoritas Myanmar untuk menangani kasus tersebut.
"Masih koordinasi dengan otoritas Myanmar, wilayahnya daerah konflik sehingga prosesnya kompleks," kata Rina.
Pihak keluarga korban, Daniel, mengatakan SA awalnya diajak temannya, Risky, untuk bekerja di Thailand dengan gaji sebesar 10 ribu dolar AS atau Rp 150 juta. SA bersama Risky meninggalkan Indonesia pada 11 Juli 2024.
Sesampai di Bangkok, Thailand, SA bersama Risky dan empat orang keturunan India lainnya menaiki satu mobil. Namun, di pertengahan perjalanan, SA berpisah dengan Risky karena akan diberangkatkan ke Myanmar.
"Dia berpikir mau dibawa ke Mae Sot, Thailand, ternyata delapan jam perjalanan tak sampai juga, ternyata malah sudah tiba pada sebuah rumah berbentuk rumah susun di Myanmar," kata Daniel.
(azh/azh)