Dalam sebuah cerita dongeng atau novel, umumnya akan menemukan gaya bahasa tertentu dengan tujuan memperindah atau mempertegas tulisan. Gaya bahasa tertentu yang sering ditemui itu disebut dengan majas. Salah satu contohnya adalah majas gunung, berlian, singa, perahu.
Dikutip dari buku Kumpulan Peribahasa, Majas, dan Ungkapan Bahasa Indonesia, Yettik Wulandari, S.Pd, (2024:173), majas adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan cara menyamakannya dengan sesuatu yang lain.
Majas Gunung, Berlian, Singa, Perahu
Berikut penjelasan tentang majas gunung, berlian, singa, perahu:
Berikut adalah macam-macam majas dalam bahasa Indonesia.
Antanaklasis adalah gaya bahasa yang menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi memiliki makna yang berlainan.
Antitesis adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata yang susunannya sejajar, tetapi untuk mengungkapkan hal yang bertentangan.
Gaya bahasa yang menyatakan kemerosotan atau kemunduran mendadak sampai taraf yang tidak berarti dan amat mengecewakan, sangat berlawanan dengan kemajuan atau kehebatan yang telah dicapai sebelumnya.
Apofasis adalah gaya bahasa yang menegaskan dengan cara seolah-olah menyangkal.
Asindeton adalah gaya bahasa yang menyebutkan beberapa hal secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung agar perhatian pembaca beralih pada hal yang disebutkan.
Eksklamasio adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru.
Enumerasio adalah gaya bahasa penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
Elipsis adalah gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips (kalimat tidak lengkap), yaitu kalimat yang predikat atau subjeknya dilesapkan karena dianggap sudah diketahui oleh lawan bicara.
Hiperbola adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya.
Interupsi adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata atau gabungan kata yang disisipkan di tengah-tengah kalimat.