Jakarta - Sampah merupakan masalah lingkungan yang semakin mendesak di seluruh dunia. Saat sampah organik, seperti sisa makanan dan limbah tanaman terurai di tempat pembuangan sampah, proses pembusukan dapat menghasilkan gas metana.
Meskipun sering dianggap sepele, gas metana ini disebut jauh lebih berbahaya bagi iklim dibandingkan karbon dioksida ketika naik ke atmosfer. PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) berhasil mengolah sampah menjadi sumber energi terbarukan bagi masyarakat di Kelurahan Manggar, Balikpapan.
Melalui Program CSR Waste to Energy for Community (Wasteco), sampah rumah tangga dimanfaatkan menjadi bahan bakar metan. Selain berhasil mengolah sampah, program Wasteco dapat mengurangi potensi emisi karbon, serta menghasilkan manfaat ekonomi bagi warga sekitar.
General Manager PT Pertamina Hulu Mahakam, Setyo Sapto Edi mengatakan program ini sudah berjalan hampir 4 tahun. Tadinya yang hanya sedikit rumah di area TPAS Manggar, kini sudah ada sekitar 380 rumah yang memanfaatkan energi terbarukan tersebut.
"Itu tidak langsung sekaligus 380 rumah, tapi secara bertahap setiap tahun bertambah," jelas Setyo saat mengisi talkshow 'Upaya Mitigasi Perubahan Iklim PT Pertamina Hulu Mahakam' di Festival LIKE 2 di Jakarta, Sabtu (10/8/2024).
Sementara itu, Head Communication Relations & CID PHM, Frans Alexander A. Hukom menambahkan, Wasteco tah hanya sekedar menghasilkan energi. Lebih dari itu, timbul pula program bank sampah.
"Kita juga mencoba mengedukasi masyarakat di sekitar supaya sampah-sampah yang dikirimkan ke TPA Manggar itu adalah sampah-sampah organik yang masih bisa dimanfaatkan ya dikirim ke bank sampah ini. Jadi sekarang juga terbentuk bank sampah nih, sampah plastik yang masih bisa punya nilai jual yang mereka manfaatkan. Jadi sudah makin berkembang lagi ini sebenarnya," jelas Frans.
Sebagai informasi, dalam talkshow tersebut juga turut hadir sebagai keynote speaker Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, KLHK, Sigit Reliantoro dan Sr Manager Project PT Pertamina Hulu Mahakam, Faisal Akbar dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan, Sudirman Djayaleksana.
(akn/ega)