PHK Massal hingga Kenaikan Harga Pangan Bikin Daya Beli Masyarakat Turun

4 weeks ago 13
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online
Sejumlah buruh mengangkat poster aksi saat unjuk rasa menolak program Tapera di depan Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (27/6/2024). Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S

sosmed-whatsapp-green

kumparan Hadir di WhatsApp Channel

Presiden Women Committee Asia Pasifik di UNI Apro, Mirah Sumirat, menyebut jumlah buruh terus menurun akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Menurutnya, mayoritas buruh yang terkena PHK beralih profesi menjadi wirausaha skala kecil, seperti pedagang kaki lima.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pekerja sektor informal di Indonesia terus bertambah dalam lima tahun terakhir. Pada Februari 2019 pekerja informal hanya tercatat 74,09 juta orang sementara di Februari 2024 melonjak menjadi 84,13 juta orang.

“Artinya mereka memiliki pendapatan tidak tetap dan cenderung bertambah miskin, sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup layak. Sebagian lagi beralih menjadi driver online, kerja serabutan, dan lainnya,” kata Mirah dalam keterangan resminya, dikutip Minggu (11/8).

Selain itu, turunnya daya beli masyarakat juga terjadi karena kebijakan upah murah yang sudah ada sejak tahun 2015. Adapun, aturan upah murah tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.78/2015 tentang Pengupahan.

Mirah menyebut aturan tersebut telah mereduksi fungsi dewan pengupahan dan komponen perhitungan upah. Dalam hal ini menghilangkan komponen hidup layak (KHL). Terbitnya Undang-undang Cipta Kerja juga semakin menegaskan PP No.78/2015 mengenai upah murah.

Melambungnya harga pangan dan kebutuhan dasar (sembako) juga menjadi pemicu turunnya daya beli masyarakat. Dia menyebut harga kebutuhan pokok sejak 2021 tidak terkendali dan kenaikannya sekitar 20 persen.

“Kebijakan politik upah murah ini terbukti membuat kesenjangan antara kaya dan miskin semakin melebar, ini bisa berakibat tidak baik untuk kita berbangsa dan bernegara,” ungkapnya..

Tidak hanya itu, keputusan pemerintah untuk mengerek pajak telah membuat harga barang ikut naik. Dia juga menyoroti pemerintah yang terkesan tidak berupaya untuk menarik pajak dari para pengemplang pajak yang mayoritas orang kaya.

“Coba dicek berapa tunggakan pajak dari kelompok orang-orang kaya yang punya wajib pajak kepada negara.” ujar Mirah.

Mirah meminta pemerintah untuk tetap mempertahankan subsidi untuk rakyat. Misalnya subsidi listrik, gas LPG 3 kilogram, dan BBM untuk menjaga daya beli masyarakat.

Di samping itu, Mirah mengatakan sebagian kelas menengah ke bawah kesulitan untuk menambah penghasilan karena hanya mengandalkan upah yang tidak memadai untuk hidup layak. Alhasil, beberapa di antaranya mengambil jalan pintas melalui judi online dan pinjaman online untuk mendapat penghasilan tambahan secara instan.

Dia menyebut tidak heran banyak kasus bunuh diri akibat judi online dan pinjaman online, produktivitasnya menurun, meningkatnya angka perceraian, dan potensi ekonomi negara yang hilang hingga ratusan triliun rupiah. Untuk itu, dia meminta pemerintah segera menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

“Permasalahan tersebut jangan dibiarkan berlarut-larut, harus segera dicarikan solusinya. Saya berharap dengan adanya pemerintah yang baru di bawah kepemimpinan Bapak Prabowo Subianto, isu pekerja /buruh dan rakyat bisa diselesaikan untuk mendapatkan kehidupan sejahtera dan layak sesuai dengan amanat Konstitusi UUD 1945,” pungkasnya.

Read Entire Article