REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menyerukan agar perang di Jalur Gaza secepatnya berakhir. Ia juga menekankan solusi dua negara yang mencakup pembentukan negara Palestina yang terpisah berdampingan dengan Israel.
“Kami menegaskan kembali seruan untuk segera mengakhiri perang di Gaza. Komunitas internasional dan Eropa tidak bisa berdiam diri menyaksikan penderitaan ribuan orang tak bersalah, terutama perempuan dan anak-anak,” katanya setelah bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Madrid.
“Kita tidak bisa hidup dengan kematian dan kehancuran, dan kita tidak bisa menerima kekerasan,” tambahnya dalam konferensi pers bersama.
Dalam pertemuan dengan Presiden Palestina, PM Sanchez membahas penyebaran konflik ke Lebanon, yang mengalami dua ledakan perangkat komunikasi mematikan pada Selasa dan Rabu, menewaskan lebih dari 36 orang dan melukai ribuan lainnya. Israel dan Lebanon telah saling tembak di wilayah perbatasan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, yang memungkinkan Israel melancarkan serangan brutal setiap hari di Gaza, menggunakan berbagai jenis senjata, termasuk bom fosfor, menewaskan lebih dari 41.300 warga Palestina dan melukai lebih dari 95.000 lainnya.
Israel telah meningkatkan serangannya di Tepi Barat yang diduduki dalam beberapa pekan terakhir, tetapi ledakan perangkat komunikasi di Lebanon mengejutkan banyak pihak. Pemerintah Beirut dan Hizbullah menyalahkan Israel atas serangan tersebut, yang menewaskan 37 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, serta melukai sekitar 3.000 lainnya.
Namun sejauh ini, baik Hizbullah maupun Israel telah menahan diri dari terlibat dalam perang terbuka yang melibatkan serangan darat. Perdana Menteri Sanchez mendesak semua pihak yang terlibat untuk menghindari peningkatan lebih lanjut konflik tersebut.
Spanyol adalah salah satu negara Eropa yang secara resmi mengakui Negara Palestina sebagai tanda dukungan bagi proses perdamaian dengan Israel. Sanchez meminta Israel untuk mengakhiri pendudukannya di wilayah Palestina di Tepi Barat dan menarik pasukannya dari Jalur Gaza guna membuka jalan bagi pembentukan negara Palestina.
Sementara itu, Presiden Abbas menyampaikan terima kasih kepada perdana menteri Spanyol atas dukungannya yang teguh terhadap rakyat Palestina dan menyerukan penyelenggaraan konferensi perdamaian di Madrid.
“Kami berkomitmen untuk mempertahankan Negara Palestina di Tepi Barat dan Gaza, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” kata Abbas.
Abbas menyatakan berencana pergi ke Gaza bersama semua pemimpin Palestina untuk menuntut diakhirinya perang di wilayah tersebut, dan telah mengundang para pemimpin Barat, termasuk Sekretaris Jenderal PBB, untuk bergabung dengannya. Pembicaraan antara kedua pemimpin itu juga membahas penguatan hubungan bilateral serta cara-cara untuk mengembangkan kerja sama di semua bidang, serta isu-isu kepentingan bersama, menurut kantor berita resmi Palestina, Wafa.
Abbas juga meminta komunitas internasional memaksa Israel untuk mematuhi hukum internasional dan resolusi legitimasi internasional, yang terbaru adalah resolusi Majelis Umum PBB pada Rabu (18/9/2024) yang menyerukan Israel mengakhiri kehadiran ilegalnya di wilayah Palestina yang diduduki dalam 12 bulan ke depan.
sumber : Antara, Anadolu