Jakarta - BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia, Mining Industry Indonesia (MIND ID) mengarahkan anggota grup tersebut untuk tetap menjaga lingkungan. Salah satunya dengan menerapkan pengelolaan air.
"Kita memberikan ekspektasi kepada anggota holding untuk menerapkan pengelolaan air, tata kelola, transparan, dan berlanjutan, dan menjadikan air ini menjadi sumber daya," kata Dept Head Of ESG Performance dan Reporting MIND ID, Arief Rifiandi Wiwaha, dalam sesi Talkshwo Teknologi Pengelolaan Air Berkelanjutan di Area Tambang di Festival LIKE 2 KLHK, Sabtu (10/8/2024).
Dalam kesempatan yang sama, Staf Pelayanan Operasi PLTA PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Azwil Prasetyo mengatakan sejak Inalum berdiri 48 tahun lalu, pihaknya sudah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). PLTA itu digunakan untuk proses produksinya.
"48 tahun Inalum berdiri, menjadi industri utama aluminium membangun PLTA di Kabupaten Toba dan Asahan, dan tiga bendungan pengaturan Sigura-gura dan Tangga," ujar dia.
Produksi listrik Inalum dari PLTA rata-rata sekitar 4,3 miliar kWh. Sementara pada 2023 sampai 2024 ini jumlah konsumsi listrik dari PLTA mencapai 3,9 miliar kwh sampai 4 miliar kWh.
Sementara PT Bukit Asam Tbk memanfaatkan bioteknologi untuk mengelola limbah air tambang dengan implementasi constructed wetland. Hal itu dilakukan agar pengelolaan air asam tambang yang dihasilkan perusahaan tidak mencemari lingkungan.
"Bukit Asam bertransformasi melakukan pengelolaan air limbah dengan constructed wetland di IUP TAL sejak 2011 dan bertransformasi pasifnya pada 2016," terangnya.
Lebih lanjut, constructed wetland menjadi cara Floating Wetland System tersebut menggunakan pipa paralon yang berisi Akar Wangi (Vetiveria zizanioides) dan Melati Air (Echinodorus palaefolius) yang mampu menyerap logam berat seperti Fe (0.52 ppm/gr) dan Mn (2.28 ppm/gr). (ada/fdl)